Makna Syahadatain

Syahadatain atau dua kalimat pengakuan adalah kalimat pertama dan paling penting yang harus diucapkan dan dipahami ketika seseorang masuk Islam dan kepada semua Muslim pada umumnya. Syahadatain ini mengandung dua makna yang sangat mendasar yang tidak lain adalah Allah dan Muhammad SAW adalah Nabi.

Bagi seseorang yang mengucapkan kata pengakuan ini, ada 3 syarat yang diperlukan agar pengakuannya diterima oleh Allah SWT: untuk mengetahui kebenaran dengan benar, untuk membenarkan dalam hati (tashdiq), dan untuk tulus dalam memahami apa yang dia saksikan dengan benar. Allah berfirman dalam Al Qur’an:

“Ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah” (QS. Muhammad (47): 19)

Juga dalam surat Az Zukhruf ayat 86 Allah berfirman: “Kecuali mereka yang melihat kebenaran dan memahaminya” (QS Az Zukhruf (43): 86)

Dua kata pengakuan ini adalah salah satu yang tidak dapat dipisahkan. Ini berarti bahwa jika seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan lain maka dia juga harus percaya bahwa Muhammad adalah pembawa risalah yang harus diikuti.

Yang Mulia Illallah

Secara umum kalimat ini terdiri dari dua bagian: Laa Ilaaha (tidak ada) dan Illallah (selain Allah). “Laa” dalam frasa “Laa Ilaaha Illallah” adalah surat naif (penghilangan) yang menghilangkan semua jenis, dalam hal ini na-Itu semua macam hal. Illa adalah surat unik (pengecualian) yang mengecualikan Tuhan dari segala hal. Bentuk kalimat seperti ini disebut manfi (negatif) versus mutsabat (positif). Illa mengatakan “itsbat” adalah kalimat negatif (manfi). Dalam bahasa Arab, itbat after nafi memiliki arti membatasi (Al Hasru), dan taukid (penguatan). Dengan demikian ‘Laa Ilaaha Illallah’ berarti mengusir seluruh dewa dan illahllah berarti menetapkan Tuhan sebagai satu-satunya yang benar-benar pantas disembah. Karena itu, naif (penghilangan) dari para dewa yang ada harus disertai oleh itsbat (menunjuk) Tuhan sebagai satu-satunya dewa dalam kehidupan. Jadi keduanya tidak terpisahkan.

“Ilah” dalam bahasa Arab memiliki akar kata alaha yang berarti: kedamaian, perlindungan, cinta, dan ibadah. Ini sesuai dengan firman Tuhan:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka beristirahat untuk mengingat Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati mereka akan damai” (QS. Ar Ra’ad (13): 28)

“Adapun orang yang beriman, dia sangat mencintai Allah” (QS. Al Baqarah (2): 165)

“Aku mencari perlindungan kepada Allah bahwa aku termasuk orang-orang yang bodoh” (QS. Al Baqarah (2): 67)

Jika seseorang bernafsu pada sesuatu ia akan mengikutinya, menghormati, menghormati, menaati dan tunduk padanya dan bersedia mengorbankan kemerdekaannya. Allah yang Maha Kuasa adalah Yang memiliki dan memiliki langit dan bumi dan segala sesuatu di dalamnya. Oleh karena itu Dia adalah Pencipta (Al Khaliq), Penyedia (Ar Raziq) dan Penguasa (Al Mudabbir). Allah Ta’ala adalah satu-satunya yang taat jadi Dia adalah Dia yang memutuskan semua hukum dan aturan (Al Hakim), Pelindung (Al Wali), dan Dia adalah fokus harapan dan bagi-Nya adalah praktik semua ( Al-Ghayah) dan pada puncaknya Dialah yang disembah (Al Ma’bud)

Dengan demikian kata Laa Ilaaha Illallah mengandung beberapa makna berikut: Laa khaliqa Illallah (Tidak Ada Pencipta kecuali Allah), Laa Raziqa Illallah (Tidak Ada Penyedia Rizqi kecuali Allah), Laa Mudabbira Illallah(Tidak Ada Penguasa kecuali Allah), Laa Hakima Illallah(Tidak Ada Pembuat hukum kecuali Allah), Laa Waliyya Illallah (Tidak Ada Pelindung kecuali Allah), Laa Ghayata Illallah (Tidak Ada Tujuan kecuali Allah), Laa Ma’buda Illallah (Tidak Ada Ibadah kecuali Allah).

Dalam Al Qur’an, Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengirimkan seorang utusan kepada setiap orang (untuk memanggil): Sembahlah Allah, dan jauhi itu …..” (QS. An Nahl (16): 36)

Thaghut adalah setan dan segala sesuatu yang disembah kecuali Allah SWT. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apa yang dimaksud oleh-Nya adalah segala sesuatu yang mendominasi dan mengendalikan kita. Dengan demikian La Illa Illallah juga dapat diartikan sebagai ‘Tidak ada yang mendominasi kita selain kekuatan Allah saja’. Sebagai ilustrasi ketika seseorang mendengar panggilan untuk menyembah Allah tetapi tidak segera menanggapinya karena sesuatu yang duniawi maka masih ada tuhan selain Allah dan dia belum mempraktikkan shahadatain karena dia masih dekat dengan apa yang disebut thaghut.

Muhammadurrasulullah

Kesaksian Illallah di atas tidak akan benar dalam kehidupan sehari-hari tanpa mengikuti instruksi yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW maka kesaksian surat Nabi Muhammad dibuat sebagai salah satu dari dua kalimat pengakuan yang merupakan pintu gerbang untuk masuk ke dunia Islam. Rasulullah adalah contoh utama dari setiap Muslim dan pengabdian ini adalah kebaikan total baik secara vertikal kepada Allah dalam bentuk ibadah khusus atau horizontal untuk sesama makhluk dalam bentuk ibadah publik. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat Al Ahzab ayat 21 yaitu:

“Sesungguhnya, Utusan Allah (semoga damai besertanya) adalah contoh yang baik untuk Anda (orang-orang yang berharap) Allah dan kedatangan Hari Pengadilan.

Dampak otentikasi syahadatain 

Makna Syahadatain jika dipahami dengan benar akan memiliki dampak positif pada setiap orang Muslim, antara lain, yang dapat diukur dengan sikap cintanya (mahabbah) dan Ridho. Seorang Muslim harus memberikan cinta tertinggi kepada Allah SWT kemudian kepada Rasulullah dan berperang di jalan Allah SWT. Dalam Al Qur’an, Allah berfirman:

“Katakan: ‘Jika ayahmu, anak-anak, bibi, istrimu, kerabatmu, kekayaan yang telah kamu peroleh, bisnis yang membuatmu kalah, dan rumah yang kamu cintai lebih baik daripada milikmu Allah dan Rasul-Nya, lalu tunggu sampai Allah membuat keputusan. Dan Allah tidak membimbing orang-orang Al-Qur’an (QS At Taubah (9): 24)

Jadi dalam kehidupan seorang Muslim, cinta pribadi pertama-tama dan terutama harus bagi Allah SWT, kepada Rasulullah dan jihad fi sabilillah di atas segalanya. Mencintai anak-anak, istri, suami, keluarga, bisnis, dan lainnya di alam tidak dilarang tetapi ditempatkan pada tahap kedua cinta, dan cinta semua hal duniawi tidak bisa melebihi cintanya kepada Allah, Rasul-Nya, dan Jihad fi sabilillah. Dalam surat Al Baqarah ayat 165 Allah berfirman:

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah selain Allah: mereka mencintai dia seperti mereka mencintai Allah. Tetapi mereka yang beriman sangat mencintai Allah” (QS. Al Baqarah (2): 165) .

Selain itu, setiap Muslim harus mematuhi semua aturan dan keputusan Allah dan Rasul-Nya, tetapi dilahirkan untuk Tuhan tanpa ketidakpuasan dalam dirinya.

Setiap Muslim harus menghormati Tuhan sebagai Tuhannya. Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Nabi dan Utusannya. Ini sesuai dengan kata-kata Rasulullah:

“Siapa pun yang mengatakan, ‘Aku adalah Tuan dari Tuhanku, dan agama dari agamaku, dan Nabi Muhammad,’ wajib baginya untuk pergi ke surga” (HR. Abu Dawud)

Cinta dan berkah diciptakan oleh pengabdian kepada Tuhan dan Rasul-Nya. kekuatan ini adalah bukti dari cinta yang mendalam bahwa dia akan melakukan apa pun yang disuruh kekasihnya untuk dilakukan dan meninggalkan apa pun yang dilarangnya. Tuhan mengirim Utusan-Nya ke setiap orang untuk mematuhi ajaran-Nya, untuk membawa umat manusia ke kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat.

Khatimah

Dengan demikian jelas bahwa kesaksian dua kalimat pengakuan memiliki dampak besar pada orang Muslim. Seorang Muslim akan selalu menyertakan Allah SWT dan Utusannya dalam setiap tindakan dan selalu mengembalikan segala sesuatu yang terjadi hanya pada kekuatan Allah saja dan akan menciptakan kepribadian Muslim yang kuat dan pribadi.

Sumber: PAI JS UGM, Jalan Menuju Islam

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.