Kedudukan Sunnah Nabi dalam Syari’at Islam

Khazanah, Diantara perkara yang yang telah disepakati bersama oleh seluruh kaum muslimin terdahulu adalah bahwasanya sunnah Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- merupakan sandaran kedua dalam syariat Islam pada seluruh aspek kehidupan, baik dalam perkara aqidah (keyakinan), hukum-hukum agama (fiqih), politik (siyasah) maupun pendidikan (tarbiyah). Demikian juga, tidak diperkenankan untuk menyelisihi sunnah tersebut sedikitpun, baik dibenturkan dengan suatu buah pemikiran, ijtihad ataupun qiyas-qiyas. Hal ini sebagaimana ucapan Imam Asy-Syafi’iy -rohimahulloh- pada akhir kitab beliau Ar-Risalah: “Qiyas itu tidak diperbolehkan selama khobar (sunnah Nabi) masih ada.” Demikian juga yang dikenal oleh para ulama ahli ushul fiqh: “Tidak ada ijtihad ketika telah datang nash (dalil). Jika datang suatu atsar (hadits), maka batallah suatu pemikiran atau pendapat yang ada.”

Dalil-dalil tentang perkara ini
Dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah telah menunjukkan tentang dikedepankannya dalil sunnah Nabi dari seluruh pemikiran manusia. Diantaranya adalah firman Alloh -ta’ala-:
ﻭَﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻤُﺆْﻣِﻦٍ ﻭَﻟَﺎ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٍ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﺃَﻣْﺮًﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨِﻴَﺮَﺓُ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِﻫِﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﺺِ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﺿَﻞَّ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﻣُﺒِﻴﻨًﺎ

“Tidaklah patut bagi seorang mukmin dan mukminah, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan atau hukum, akan ada bagi mereka pilihan yang lain antara menerima dan tidak tentang urusan mereka selain apa yang telah ditetapkan. Siapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya, maka sungguhlah dia telah tersesat dari jalan yang lurus dengan kesesatan yang jauh dan nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

Juga dalam firman-Nya:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻟَﺎ ﺗُﻘَﺪِّﻣُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻱِ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﺳَﻤِﻴﻊٌ ﻋَﻠِﻴﻢٌ

“Hai orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, janganlah kalian mendahului Alloh dan Rosulnya dengan menetapkan sesuatu hukum syariat, sebelum ada ketetapan dari Alloh dan Rosul-Nya, sehingga kalian membuat bid’ah di dalamnya. Bertakwalah, takutlah kepada Alloh dalam ucapan dan perbuatan kalian dari penyelisihan terhadap perintah Alloh dan Rosul-Nya. Sesungguhnya Alloh itu Sami’ (maha mendengar) perkataan kalian lagi ‘Alim (maha mengetahui) niat dan amalan kalian serta akan membalasi amalan-amalan kalian kelak.” (QS. Al-Hujurot: 1)

Dalam ayat ini terdapat peringatan dari mengada-adakan sesuatu yang bukan dari ajaran agama dan mensyariatkan sesuatu tanpa seizin Alloh ta’ala.

Firman Alloh ta’ala:
ﻗُﻞْ ﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻮَﻟَّﻮْﺍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳﻦَ

“Katakanlah -wahai Rosul-: “Ta’atilah oleh kalian Alloh dengan mengikuti kitab-Nya dan Rosul-Nya dengan mengikuti sunnahnya, baik di masa hidupnya atau setelah kematiannya. Jika kalian berpaling darinya dan bersikeras dalam kekufuran dan kesesatan, sehingga tidaklah pantas untuk dicintai oleh Alloh, maka sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imron: 32)

Firman Alloh ta’ala:
ﻭَﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺑِﺎﻟﻠﻪ ﺷَﻬِﻴﺪًﺍ * ﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻓَﻘَﺪْ ﺃَﻃَﺎﻉَ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﻣَﻦْ ﺗَﻮَﻟَّﻰ ﻓَﻤَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺣَﻔِﻴﻈًﺎ

”Kami telah mengutusmu -wahai Rosul menjadi utusan untuk menyampaikan risalah Robbmu kepada segenap manusia dan cukuplah Alloh menjadi saksi atas kebenaran risalahmu. Siapa yang mentaati Rosul itu dan mengamalkan petunjuknya sesungguhnya ia telah mentaati Alloh serta menjalankan perintah-Nya. Siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka Kami tidak mengutusmu -wahai Rosul- untuk menjadi penjaga dan pemelihara bagi mereka (yaitu bahwa Rosul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan).” (QS. An-Nisa’: 79-80)

Firman Alloh:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻭَﺃُﻭﻟِﻲ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻠًﺎ

“Hai orang-orang yang membenarkan Alloh dan Rosul-Nya serta mengamalkan syariat-Nya, taatilah perintah Alloh dan jangan bermaksiat terhadap-Nya serta taatilah Rosul-Nya serta ulil amri di antara kalian pada perkara yang bukan kemaksiatan. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah hukumnya kepada Alloh (Al-Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagi kalian daripada berselisih dan mengedepankan pemikiran dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)

Alloh berfirman:
ﻭَﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋُﻮﺍ ﻓَﺘَﻔْﺸَﻠُﻮﺍ ﻭَﺗَﺬْﻫَﺐَ ﺭِﻳﺤُﻜُﻢْ ﻭَﺍﺻْﺒِﺮُﻭﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ

“Senantiasalah taat kepada Alloh dan Rosul-Nya di setiap keadaan kalian dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah ketika bertemu musuh.

Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar dengan pertolongan dan dukungan-Nya serta tidak membiarkan kalian.” (QS. Al-Anfal: 46)
Firman-Nya juga:
ﻭَﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﻃِﻴﻌُﻮﺍ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻭَﺍﺣْﺬَﺭُﻭﺍ ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻮَﻟَّﻴْﺘُﻢْ ﻓَﺎﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺳُﻮﻟِﻨَﺎ ﺍﻟْﺒَﻠَﺎﻍُ ﺍﻟْﻤُﺒِﻴﻦُ

“Taatlah kalian -wahai kaum muslimin- kepada Alloh dan taatlah kepada Rosul-Nya dan berhati-hati serta waspadalah. Jika kalian berpaling dari ketaatan dan melanggar larangan, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rosul Kami hanyalah menyampaikan amanat Alloh dengan terang.” (QS. Al-Maidah: 92)

Firman Alloh ta’ala:
ﻟَﺎ ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﺍ ﺩُﻋَﺎﺀَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ ﻛَﺪُﻋَﺎﺀِ ﺑَﻌْﻀِﻜُﻢْ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﻗَﺪْ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘَﺴَﻠَّﻠُﻮﻥَ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻟِﻮَﺍﺫًﺍ ﻓَﻠْﻴَﺤْﺬَﺭِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺨَﺎﻟِﻔُﻮﻥَ ﻋَﻦْ ﺃَﻣْﺮِﻩِ ﺃَﻥْ ﺗُﺼِﻴﺒَﻬُﻢْ ﻓِﺘْﻨَﺔٌ ﺃَﻭْ ﻳُﺼِﻴﺒَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﺃَﻟِﻴﻢٌ

“Janganlah kalian -wahai kaum muslimin- jadikan panggilan Rosul di antara kalian seperti panggilan sebagian kalian kepada sebagian yang lain dengan panggilan, “Wahai Muhammad!” Akan tetapi hormatilah dengan panggilan, “Wahai Nabi (Rosul) Alloh.” Sesungguhnya Alloh telah mengetahui orang-orang munafik yang berangsur-angsur pergi di antara kamu secara bersembunyi-sembunyi tanpa izin, dengan berlindung kepada kawannya. Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rosul-Nya merasa takut akan ditimpa cobaan dan kejelekan atau adzab yang pedih di akhirat.” (QS. An-Nur: 63)
Firman Alloh:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺳْﺘَﺠِﻴﺒُﻮﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﻟِﻠﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﻋَﺎﻛُﻢْ ﻟِﻤَﺎ ﻳُﺤْﻴِﻴﻜُﻢْ ﻭَﺍﻋْﻠَﻤُﻮﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻳَﺤُﻮﻝُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﻭَﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺤْﺸَﺮُﻭﻥَ

“Hai orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, penuhilah seruan Alloh dan seruan Rosul apabila Rosul tersebut menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian berupa kebenaran, karena hal itu terdapat perbaikan kehidupan baik di dunia maupun akhirat. Ketahuilah -wahai kaum mukminin- bahwa sesungguhnya Allohlah yang mengatur segala sesuatu serta menguasai hati manusia dan sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan pada hari yang tiada keraguan lagi di dalamnya dan dibalasi seluruh amalan secara setimpal.” (QS. Al-Anfal: 24)

Firman Alloh ta’ala:
ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻳُﺪْﺧِﻠْﻪُ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻣِﻦْ ﺗَﺤْﺘِﻬَﺎ ﺍﻟْﺄَﻧْﻬَﺎﺭُ ﺧَﺎﻟِﺪِﻳﻦَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻔَﻮْﺯُ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴﻢُ * ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﺺِ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻭَﻳَﺘَﻌَﺪَّ ﺣُﺪُﻭﺩَﻩُ ﻳُﺪْﺧِﻠْﻪُ ﻧَﺎﺭًﺍ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻟَﻪُ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﻣُﻬِﻴﻦٌ

“Siapa taat kepada syariat dan hukum Alloh dan Rosul-Nya, niscaya Alloh akan memasukkannya ke dalam jannah yang banyak pepohonan dan istana-istana serta mengalir di bawahnya sungai-sungai yang segar airnya, sedang mereka kekal dengan kenikmatan di dalamnya. Ganjaran itulah merupakan kemenangan yang besar. Siapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, dengan merubah-rubah syariat atau tidak mengamalkannya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 13-14)

Firman-Nya:
ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺰْﻋُﻤُﻮﻥَ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺤَﺎﻛَﻤُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕِ ﻭَﻗَﺪْ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﺃَﻥْ ﻳُﻀِﻠَّﻬُﻢْ ﺿَﻠَﺎﻟًﺎ ﺑَﻌِﻴﺪًﺍ * ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﻬُﻢْ ﺗَﻌَﺎﻟَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺭَﺃَﻳْﺖَ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﻳَﺼُﺪُّﻭﻥَ ﻋَﻨْﻚَ ﺻُﺪُﻭﺩًﺍ

“Apakah kamu tidak memperhatikan -wahai Rosul- orang-orang munafik pendusta yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Al Quran) dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Mereka hendak berhukum dalam perkara yang mereka perselisihkan kepada thoghut, selain apa yang telah disyariatkan Alloh, padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka suatu nasehat: “Marilah kalian tunduk kepada hukum yang Alloh telah turunkan dan kepada hukum Rosul serta petunjuknya”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran itu menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekatimu.”(QS. An-Nisa’: 60-61)

Alloh berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﻮْﻝَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺩُﻋُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻟِﻴَﺤْﻜُﻢَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ * ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ ﻭَﻳَﺨْﺶَ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﻳَﺘَّﻘْﻪِ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻔَﺎﺋِﺰُﻭﻥَ

“Sesungguhnya sikap orang-orang mukmin, bila mereka diseru kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Rosul tersebut menghukumi (mengadili) di antara mereka, niscaya mereka menerimanya dengan ucapan: “Kami mendengar dan patuh.” Mereka itulah orang-orang yang beruntung dalam jannah yang penuh kenikmatan. Siapa yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya serta takut kepada Alloh disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan dengan mendapatkan kenikmatan di jannah.” (QS. An-Nur: 51-52)

Alloh berfirman:
ﻭَﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻛُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻓَﺨُﺬُﻭﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻧَﻬَﺎﻛُﻢْ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺎﻧْﺘَﻬُﻮﺍ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﺷَﺪِﻳﺪُ ﺍﻟْﻌِﻘَﺎﺏِ

“Apa yang diberikan Rosul kepada kalian, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Alloh dengan menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Sesungguhnya Alloh amat keras hukumannya bagi siapa yang bermaksiat kepada-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Alloh ta’ala berfirman:
ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh, baik pada ucapan, perbuatan maupun keadaannya itu suri teladan yang baik bagi kalian -wahai kaum mukminin-, maka pegangilah sunnahnya. Mereka itulah orang-orang yang mengharap rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan ia banyak menyebut Alloh, memohon ampunan serta senantiasa bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Firman Alloh:
ﻭَﺍﻟﻨَّﺠْﻢِ ﺇِﺫَﺍ ﻫَﻮَﻯ * ﻣَﺎ ﺿَﻞَّ ﺻَﺎﺣِﺒُﻜُﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﻏَﻮَﻯ * ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻨْﻄِﻖُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻬَﻮَﻯ * ﺇِﻥْ ﻫُﻮَ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺣْﻲٌ ﻳُﻮﺣَﻰ

“Alloh ta’ala bersumpah dengan bintang-bintang ketika terbenam. Kawanmu itu (Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam) tidaklah tersesat dan tidak pula keliru. Akan tetapi dia berada di jalan yang lurus dan benar. Tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu -baik berupa Al Quran maupun As Sunnah itu- tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 1-4)

Firman Alloh:
ﻭَﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮَ ﻟِﺘُﺒَﻴِّﻦَ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻣَﺎ ﻧُﺰِّﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَﻔَﻜَّﺮُﻭﻥَ

“Kami turunkan kepadamu -wahai Rosul- Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (berupa perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al-Quran tersebut berupa makna-makna yang tersamar) dan supaya mereka memikirkan dan mendapatkan petunjuk darinya.” (QS. An-Nahl: 44)

Ayat-ayat yang diberkahi seperti ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an Al Karim.

Adapun hadits-hadits Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- tentang seruan untuk mengikuti beliau dalam segala aspek kehidupan, diantaranya sebagai berikut:

Sabda Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-:
ﻛﻞ ﺃﻣﺘﻲ ﻳﺪﺧﻠﻮﻥ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺃﺑﻰ، ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻭﻣﻦ ﻳﺄﺑﻰ؟ ﻗﺎﻝ : ﻣﻦ ﺃﻃﺎﻋﻨﻲ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻭﻣﻦ ﻋﺼﺎﻧﻲ ﻓﻘﺪ ﺃﺑﻰ

“Seluruh umatku akan memasuki jannah, kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang enggan itu?” Beliau menjawab: “Siapa yang menaatiku, maka akan masuk jannah dan siapa yang menentangku, maka telah enggan.” (HR. Bukhori dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)

Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
ﻓﻤﻦ ﺃﻃﺎﻉ ﻣﺤﻤﺪﺍً – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓﻘﺪ ﺃﻃﺎﻉ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﻦ ﻋﺼﻰ ﻣﺤﻤﺪﺍً – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓﻘﺪ ﻋﺼﻰ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﺤﻤﺪ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ

“Siapa yang mentaati Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah mentaati Alloh dan siapa yang menentangnya, maka ia telah menentang Alloh. Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam itu telah memisahkan manusia (antara yang mukmin dengan yang kafir).” (HR. Bukhori dari Jabir bin Abdillah rodhiyallohu ‘anhu)

Sabda beliau juga:
ﺇﻧﻤﺎ ﻣﺜﻠﻲ ﻭﻣﺜﻞ ﻣﺎ ﺑﻌﺜﻨﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﻛﻤﺜﻞ ﺭﺟﻞ ﺃﺗﻰ ﻗﻮﻣﺎً ﻓﻘﺎﻝ : ﻳﺎ ﻗﻮﻡ ﺇﻧﻲ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺠﻴﺶ ﺑﻌﻴﻨﻲ، ﻭﺇﻧﻲ ﺃﻧﺎ ﺍﻟﻨﺬﻳﺮ ﺍﻟﻌﺮﻳﺎﻥ، ﻓﺎﻟﻨﺠﺎﺀ ﺍﻟﻨﺠﺎﺀ، ﻓﺄﻃﺎﻋﻪ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﻗﻮﻣﻪ ﻓﺄﺩﻟﺠﻮﺍ، ﻓﺄﻧﻄﻠﻘﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻬﻠﻬﻢ ﻓﻨﺠﻮﺍ، ﻭﻛﺬﺑﺖ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻨﻬﻢ ﻓﺄﺻﺒﺤﻮﺍ ﻣﻜﺎﻧﻬﻢ ﻓﺼﺒﺤﻬﻢ ﺍﻟﺠﻴﺶ ﻓﺄﻫﻠﻜﻬﻢ ﻭﺍﺟﺘﺎﺣﻬﻢ، ﻓﺬﻟﻚ ﻣﺜﻞ ﻣﻦ ﺃﻃﺎﻋﻨﻲ ﻓﺎﺗﺒﻊ ﻣﺎ ﺟﺌﺖ ﺑﻪ، ﻭﻣﺜﻞ ﻣﻦ ﻋﺼﺎﻧﻲ ﻭﻛﺬﺏ ﺑﻤﺎ ﺟﺌﺖ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻖ

“Sesungguhnya permisalanku dengan apa yang aku diutus oleh Alloh untuk membawanya adalah seperti seseorang yang mendatangi suatu kaum, kemudian ia berseru: “Wahai kaum, sungguh aku telah melihat sepasukan datang. Sungguh aku ini seorang pemberi peringatan kepada kalian, maka carilah tempat keselamatan. Lalu sebagian kelompok dari kaumnya itu mentaatinya, sehingga mereka bertolak pada malam harinya. Sedangkan sebagian yang lain mendustakannya, sehingga mereka tetap di tempat itu dan datanglah pasukan itu membinasakan mereka. Itulah permisalan orang yang mentaatiku, sehingga ia mengikuti petunjukku dan permisalan orang yang menentang dan mendustakan kebenaran yang aku diutus dengannya.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari rodhiyallohu ‘anhu)

Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
ﻻ ﺃﻟﻔﻴﻦ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻣﺘﻜﺌﺎً ﻋﻠﻰ ﺃﺭﻳﻜﺘﻪ، ﻳﺄﺗﻴﻪ ﺍﻷﻣﺮ ﻣﻦ ﺃﻣﺮﻱ، ﻣﻤﺎ ﺃﻣﺮﺕ ﺑﻪ ﺃﻭ ﻧﻬﻴﺖ ﻋﻨﻪ، ﻓﻴﻘﻮﻝ : ﻻ ﺃﺩﺭﻱ، ﻣﺎ ﻭﺟﺪﻧﺎ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﺗﺒﻌﻨﺎﻩ

“Tidaklah aku menemui salah seorang di antara kalian sedang bertelekan di atas ranjangnya. Akan datang kepadanya perkaraku, baik perintah maupun larangan, kemudian dia berkata: “Aku tidak tahu hal itu, apa yang kami temukan dalam kitab Alloh, maka kami ikuti. (Jika tidak, maka tidak kami ikuti).” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan selain mereka dengan sanad shohih dari Abu Rofi’ -rodhiyallohu ‘anhu-)

Beliau -shollallohu ‘alaihi wa sallam- menegaskan:
ﺃﻻ ﺇﻧﻲ ﺃﻭﺗﻴﺖ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻣﺜﻠﻪ ﻣﻌﻪ، ﺃﻻ ﻳﻮﺷﻚ ﺭﺟﻞ ﺷﺒﻌﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﺭﻳﻜﺘﻪ ﻳﻘﻮﻝ : ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻓﻤﺎ ﻭﺟﺪﺗﻢ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺮﺍﻡ ﻓﺤﺮﻣﻮﻩ، ﻭﺇﻥ ﻣﺎ ﺣﺮﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻛﻤﺎ ﺣﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ

“Ketahuilah, sungguh aku diberi Al-Quran dan yang semisalnya bersamanya. Ketahuilah hampir-hampir seseorang yang telah kenyang di atas ranjang mengatakan: “Ambillah Al-Quran itu. Apa yang kau temukan di dalamnya berupa pengharaman, maka haramkanlah hal itu. (Jika tidak kau temui, maka jangan kau haramkan).” Sungguh, apa yang diharamkan oleh Rosululloh itu sama dengan apa yang diharamkan oleh Alloh.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan selainnya dengan sanad shohih, dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib -rodhiyallohu ‘anhu-)
Sabda beliau:
ﺗﺮﻛﺖ ﻓﻴﻜﻢ ﺷﻴﺌﻴﻦ ﻟﻦ ﺗﻀﻠﻮﺍ ﺑﻌﺪﻫﻢ : ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﻨﺘﻲ، ﻭﻟﻦ ﻳﺘﻔﺮﻗﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﺮﺩﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻮﺽ

“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, tidaklah kalian akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya: Kitabulloh dan sunnahku. Keduanya tidak akan terpisah sampai kembali ke telaga (di akhirat)” (HR. Hakim dari Abu Huroiroh -rodhiyallohu ‘anhu-)

Dalil-dalil tersebut dan yang semisalnya menunjukkan kepada kita kepada beberapa perkara yang sangat penting, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama: Tidaklah berbeda antara keputusan Alloh dengan Nabi-Nya. Semuanya tidaklah ada pilihan bagi seorang mukmin untuk menyelisihinya. Penentangan (bermaksiat) terhadap Rosul sama dengan bermaksiat kepada Alloh dan semuanya itu merupakan kesesatan yang nyata.

Kedua: Dilarang untuk mendahului Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam (dengan menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Rosul) sebagaimana tidak diperkenankannya mendahului Alloh ta’ala. Ini menunjukkan tidak bolehnya menyelisihi sunnah beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam.Imam Ibnul Qoyyim -rohimahulloh-mengatakan dalam I’lamul Muwaqqi’in (1/58): “Yaitu janganlah kalian mendahului untuk mengatakan sampai beliau mengatakannya. Janganlah memerintahkan sampai beliau memerintahkannya. Janganlah berfatwa sampai beliau berfatwa dan janganlah memutuskan suatu perkara sebelum beliau memutuskan dan memberlakukan hukumnya.”

Ketiga: Lari dari mentaati Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam hanyalah perbuatan orang-orang kafir.

Keempat: Orang yang mentaati Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam berarti mentaati Alloh ta’ala.

Kelima: Wajibnya mengembalikan segala perkara yang diperselisihkan dari perkara agama kepada Alloh dan Rosul-Nya.
Imam Ibnul Qoyyim -rohimahulloh- berkata (1/54): “Alloh ta’ala memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rosul-Nya dan ketaatan terhadap Rosul tersebut merupakan perintah tersendiri tanpa melihat kepada perintah yang ada dalam Al-Qur’an. Akan tetapi jika beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam memerintahkan, maka wajib untuk ditaati secara mutlak, baik perintah itu terdapat dalam Al-Qur’an ataupun tidak. Hal itu karena beliau telah diberikan Al-Kitab dan yang semisalnya (As-Sunnah) dan Alloh tidak memerintahkan untuk mentaati pemerintah (penguasa) secara tersendiri, tetapi menjadikan ketaatan terhadapnya berada di bawah ketaatan terhadap Rosul. Merupakan sesuatu yang telah disepakati oleh para ulama, bahwasanya mengembalikan suatu perkara kepada kitab Alloh dan Rosul-Nya itu berarti mengembalikan urusannya kepada diri beliau ketika masih hidup dan kepada As-Sunnah sepeninggal beliau. Hal itu termasuk syarat sah keimanan.”

Keenam: Sikap menerima perselisihan dan meninggalkan untuk kembali kepada As-Sunnah guna menyelesaikan perselisihan itu merupakan sebab asasi di mata syariat untuk menggagalkan jerih payah kaum muslimin dan menghilangkan kekuatan mereka.

Ketujuh: Peringatan kepada umat dari penyelisihan terhadap Rosul -shollallohu ‘alaihi wa sallam-, karena hal itu berakibat buruk baik di dunia maupun akhirat.

Kedelapan: Orang-orang yang menyelisihi perintah Rosul pantas untuk terjatuh dalam kesesatan di dunia dan mendapatkan adzab yang pedih di akhirat.

Kesembilan: Wajibnya memenuhi seruan Rosul dan mentaati perintahnya. Hal itu merupakan sebab mendapatkan kehidupan yang baik dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

Kesepuluh: Ketaatan terhadap Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam merupakan sebab seseorang memasuki jannah dan mendapatkan kemenangan yang besar. Sebaliknya, bermaksiat terhadap beliau dan melanggar batasan beliau merupakan sebab seseorang masuk neraka dan mendapatkan adzab yang menghinakan.

Kesebelas: Termasuk sifat orang-orang munafik yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran adalah merasa enggan jika mereka diseru untuk berhukum kepada Rosul dan sunnah beliau. Bahkan mereka berusaha menghalang-halangi manusia dari hal itu.

Kedua belas: Sebaliknya keadaan orang-orang mukmin, jika mereka diseru untuk berhukum kepada Rosul, mereka bersegera menyambutnya, dengan mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” Dengan itulah mereka menjadi orang-orang yang mendapat kemenangan dan keberhasilan dengan memperoleh jannah yang penuh kenikmatan.

Ketiga belas: Segala apa yang diperintahkan oleh Rosul, maka wajib atas kita untuk mengikutinya, sebagaimana wajibnya kita untuk meninggalkan setiap perkara yang dilarang.

Keempat belas: Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah teladan kita pada setiap perkara agama jika kita termasuk orang yang mengharapkan wajah Alloh dan hari akhir.

Kelima belas: Setiap perkataan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang berhubungan dengan perkara agama dan perkara-perkara ghoib yang tidak diketahui oleh akal dan percobaan (eksperimen) adalah merupakan wahyu dari Alloh, tidak mengandung kebatilan sama sekali.

Keenam belas: Sunnah-sunnah beliau merupakan penjelasan dari apa yang telah diturunkan Alloh kepada beliau berupa Al-Quran.

Ketujuh belas: Tidak cukup semata-mata dengan Al-Quran tanpa As-Sunnah, karena keduanya sama saja dalam wajibnya mentaati dan mengikutinya. Siapa yang mencukupkan dengan Al-Quran tanpa As-Sunnah, maka ia telah menyelisihi Rosul ‘alaihis sholatu wa sallam dan tidak mentaati beliau, sehingga dengannya ia telah menyelisihi ayat-ayat tersebut di atas.

Kedelapan belas: Apa yang diharamkan oleh Rosul itu seperti apa yang telah diharamkan oleh Alloh. Demikian juga segala perkara yang datang dari Rosul dan tidak terdapat dalam Al-Quran, maka itu sama hukumnya dengan apa yang datang dari Al-Quran. Hal ini berdasarkan keumuman sabda beliau:

“Sungguh aku telah diberi Al-Quran dan yang semisalnya (As-Sunnah).”
Kesembilan belas: Sesungguhnya keselamatan dari penyimpangan dan kesesatan hanyalah diperoleh dengan berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah. Hal itu berlaku sampai datangnya hari kiamat. Tidak boleh membedakan antara kitab Alloh dan sunnah Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Wajibnya mengikuti Sunnah Nabi dalam Aqidah dan Hukum

Dalil-dalil yang telah termaktub di atas, baik dari Al-Kitab maupun As-Sunnah telah menunjukkan secara pasti tentang wajibnya mengikuti Sunnah Nabi secara mutlak pada setiap apa yang datang dari Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan siapa yang tidak ridho (menerima) untuk berhukum dan tunduk kepadanya, maka bukanlah seorang mukmin. Demikian juga yang perlu dicermati oleh kita semua, bahwa Sunnah Nabi tersebut secara umum dan mutlak juga menunjukkan kepada dua perkara yang penting, sebagai berikut:

Pertama: bahwasanya dalil-dalil tersebut mencakup semua orang yang telah sampai kepadanya dakwah, baik seketika itu juga sampai hari kiamat. Hal ini jelas pada firman-Nya:
ﻟِﺄُﻧْﺬِﺭَﻛُﻢْ ﺑِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﺑَﻠَﻎَ
“…supaya dengannya (Al-Quran) aku (Rosul) memberi peringatan kepada kalian dan orang-orang yang sampai Al-Quran kepada mereka.” (QS. Al-An’am: 19)
Juga firman-Nya:
ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﻛَﺎﻓَّﺔً ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﺑَﺸِﻴﺮًﺍ ﻭَﻧَﺬِﻳﺮًﺍ
“Kami tidak mengutus engkau wahai Rosul, melainkan kepada umat manusia dan jin seluruhnya sebagai pembawa berita gembira bagi hamba yang taat dan pemberi peringatan atas adzab yang akan menimpa siapa yang durhaka.” (QS. Saba’: 28)
Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- menafsirkan ayat ini dengan sabda beliau:
ﻭﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻳﺒﻌﺚ ﺇﻟﻰ ﻗﻮﻣﻪ ﺧﺎﺻﺔ، ﻭﺑﻌﺜﺖ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻛﺎﻓﺔ
“Dahulu Nabi diutus khusus kepada umatnya saja, sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.” (HR. Bukhori dan Muslim dari Jabir bin Abdillah rodhiyallohu ‘anhuma)
Juga sabda beliau:
ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ ﻻ ﻳﺴﻤﻊ ﺑﻲ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﻭﻻ ﻳﻬﻮﺩﻱ ﻭﻻ ﻧﺼﺮﺍﻧﻲ ﺛﻢ ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺑﻲ ﺇﻻ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻨﺎﺭ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang mendengar perihalku, baik dari umat ini, Yahudi ataupun Nasrani, kemudian tidak beriman kepadaku, melainkan ia termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)

Kedua: bahwasanya dalil-dalil tersebut mengandung seluruh perkara dari perkara-perkara agama tanpa terkecuali, baik itu berupa perkara ilmu aqidah ataupun hukum amaliah dan sebagainya. Sebagaimana wajib atas para sahabat untuk mengimani hal tersebut setelah datangnya berita Rosul, demikian juga para tabi’in dan orang-orang setelah mereka diwajibkan pula untuk mengimaninya dan tidak diperbolehkan untuk menolaknya selama berita (hadits) itu shohih, dibawa oleh orang yang terpercaya. Demikianlah hendaknya hal tersebut terus berlangsung sampai Alloh mewarisi dunia dan seisinya ini.
Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.

Ditulis: Mushlih Abu Sholeh -‘afallohu ‘anhu-
Sumber :
http://silsilatulhuda.net/posisi-sunnah-nabi.html

 

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.