Bengkulu – Mulai beroperasinya alat PCR atau alat ukur cepat sampel Swab seseorang terpapar atau tidaknya Corona Virus Disease (Covid 19) di laboratorium Rumah Sakit M Yunus (RSMY) Bengkulu, merupakan bentuk pelayanan prima dalam menangani kasus Covid 19 di Provinsi Bengkulu.
Pasalnya selama ini Bengkulu yang telah bekerjasama dengan pihak lain, harus mengirimkan sampel Swab ke Palembang, Padang dan ke Jakarta dan hasilnya juga harus menunggu selama seminggu, bahkan hingga dua minggu, lantaran banyaknya yang dilakukan uji, tidak saja yang dari Bengkulu. Tetapi dengan ini diharapkan bisa mengetahui hasilnya lebih cepat lagi.
“Saya atas nama salah satu wakil rakyat provinsi memberikan apresiasi, karena dengan alat itu akan lebih mengetahui masyarakat yang diduga terpapar Covid 19, khususnya Orang Tanpa Gejala (OTG) dan paling lambat dalam tiga hari hasilnya sudah diketahui. Sehingga setelah diketahuinya bisa diberikan penanganan lebih lanjut, dan bisa sembuh,” ujar Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bengkulu, Sumardi, yang sempat menjadi pasien pertama beroperasinya alat PCR tersebut.
Selain itu politisi Golkar ini meminta, hasil dari alat ukur cepat Covid 19 Bengkulu ini, bisa disampaikan ke publik. Mengingat sejauh ini baru ada 1 pasien yang benar-benar positif meninggal dunia. Sedangkan yang meninggal lainnya, hasil Swabnya masih bersifat menunggu/ belum diketahui.
“Sepengetahuan saya virus Corona ini, jika seseorang itu sehat dan diduga terkenan memang tidak berdampak apa-apa selama 14 hari kedepan. Tapi kita kawatirkan orang tersebut bisa menularkan kepada orang lain. Jadi harus ada penanganan lebih lanjut kepada pasien OTG yang diduga positif nantinya,” harapnya, Selasa, (19/5/2020).
Lebih lanjut dikatakan, dengan semakin cepatnya diketahui seseorang terpapar Covid 19 melalui alat PCR ini, diharapkan bisa segera berlalu dari Bengkulu, meski jumlah kasus sekarang ini menunjukan kenaikan.
“Diminta kepada masyarakat yang ingin mengetahui dirinya terpapar atau tidak supaya tidak ragu-ragu melakukan pengecekan, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid 19. Apalagi masih bersifat gratis dan jika bayar tentu akan memberatkan lagi,” terangnya.
Kendati demikian ditambahkan, meski jumlah kasus konfirmasi terus meningkat saat ini, tetapi diyakininya akan turun, seiring masyarakat tetap mengedepankan disiplin dan mengindahkan imbauan pemerintah.
“Diharapkan masyarakat sadar dan patuh saja kepada himbauan pemerintah. Begitu juga jika ada keluarga yang diduga terpapar jangan takut dan penyakit ini juga bukan aib. Apalagi penyebaran virus ini tidak bisa melompat-lompat, tapi melalui perantara seperti droplet yang basah, atau bersentuhan langsung dan lain sebagai yang bisa menularkannya,” tukas Sumardi.