Benarkah Gunung Besar di Bawah Laut Bengkulu Berpotensi Tsunami? ‘Menunggu Jawaban Pemerintah’
Opini, Bencana alam tusnami membawa kerugian yang luar biasa bukan saja harta banyak nyawa manusia yang hilang, sehingga perlu dilakukan penanganan yang tepat dan terpadu dalam menghadapi potensi bencana.
Baru ini terjadi tsunami di selat sunda, tanpa ada peringatan tsunami menerjang pesisir pantai di Banten dan Lampung dalam sekejap ratusan nyawa manusia melayang, bencana ini menimbulkan perdebatan diantara pakar ada yang tidak percaya terjadinya tsunami di Selat Sunda, sebab menurut catatan tidak ada gempa bumi yang terjadi menjelang tsunami saat itu, sehingga para pakar berspekulasi yang menjadi penyebab tsunami yaitu faktor lonsor di bawah laut akibat aktifitas anak gunung krakatau dan pengaruh pasang laut.
Bencana alam tsunami selalu membuat kerusakan yang sangat destruktif, daerah yang terdampak tsunami perlu waktu bertahun tahun untuk bangkit kembali sehingga diperlukan upaya bagaimana penanganan jika sewaktu waktu bencana tersebut terjadi, dan tidak menutup kemungkinan bencana tersebut bisa saja terjadi di provinsi Bengkulu yang hampir seluruh wilayah baratnya berbatasan dengan samudra hindia
Setelah terjadinya tsunami selat sunda ilmu pengetahuan manusia bertambah, bahwa tsunami dapat terjadi sewaktu-waktu dan tidak selalu didahului dengan gempa bumi yang dasyat, dapat saja disebabkan oleh terjadinya lonsoran bawah laut atau letusan gunung di bawah laut.
Tahun 2013 publik bengkulu dihebohkan dengan informasi penemuan gunung di bawah laut Bengkulu, bahkan Gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (11/9/2013), meyakini bahwa ada gunung api di bawah laut Bengkulu. “Gunung berapi tersebut saat ini masih aktif dan menjadi ancaman bencana alam yang sangat dahsyat bagi masyarakat Bengkulu. Serba salah kalau diumumkan kepada masyarakat menjadi resah dan tidak diumumkan ditakutkan benar-benar meletus, nantinya jadi repot juga,” kata Junaidi.
Apa yang disampaikan Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah saat itu merupakan suatu hal yang mesti diketahui oleh publik, informasi mengenai adanya potensi bencana besar disampaikan bukanlah untuk menakut-nakuti masyarakat, namun bagaimana membangun kesadaran dan kewasadaan apabila bencana itu terjadi sewaktu waktu.
Saat itu Asisten II Pemprov Bengkulu, Ir M Nasyah, MT, mengatakan bahwa gunung api tersebut berada di antara Pulau Enggano dan Pulau Mega serta merupakan salah satu gunung bawah laut tertinggi di dunia. “Itu kan sudah ada penelitian dari Perancis dan memang benar ada gunung berapi bawah laut, hanya saja posisi keaktifannya rendah atau tinggi belum diketahui. Untuk itulah, kita minta datanya kepada peneliti Perancis tersebut sebab ada potensi bencana yang sangat besar,” katanya dikutip Kompas.com
Sudah 5 tahun lebih informasi potensi bencana besar menghantui provinsi Bengkulu diumumkan, namun sampai sekarang publik masih melihat kurangnya kesiapan pemeritah dalam menghadapi potensi bencana tersebut, dengan memberikan edukasi dalam menghadapi bencana dan membangun fasilitas penunjang jika sewaktu waktu bencana tsunami terjadi dengan membangun sistem peringatan dini tsunami dan membuat shelter sebagai tempat perlindngan sementara, dan harusnya saat ini sudah ada pusat pemantauan akifitas gunung di bawah laut Bengkulu tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan lewat kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), LIPI, Institut de Physique du Globe (IPG), dan lembaga lainnya. Seperti diberitakan Kompas.com, 28 Mei 2009, peneliti dari BPPT, Yusuf Surachman, memang pernah mengatakan, “Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia, tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua.” Ia mengatakan, puncak gunung tersebut berada di kedalaman 1.280 meter di bawah permukaan laut.
Namun, segera setelah penelitian itu dipublikasikan di media massa, perdebatan tentang kebenaran hasil penelitian sebenarnya telah muncul. Para geolog dan vulkanolog mempertanyakan hasil penelitian itu. “Saya sudah memberi komentar waktu itu. Kalau memang ada gunung api, apa buktinya,” kata Surono dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/9/2013).
Surono mengatakan, jika memang ada gunung api aktif, aktivitas gunung pasti diketahui, misalnya dengan adanya asap dan lava yang keluar dari gunung tersebut. “Kalau memang ada gunung api di sana, mana bukti aktivitasnya. Pasti ada sejarah letusannya. Paling tidak kalau gunung api tipe A, dari tahun 1600 pasti ada letusannya,” imbuh Surono.
Surono mengatakan bahwa apa yang ditemukan di bawah laut Bengkulu sama sekali bukan gunung api aktif. Sementara itu, Danny Hilman Natawidjaja dari Geoteknologi LIPI mengatakan bahwa yang ditemukan di Bengkulu memang gunung api. “Tetapi, sekarang sudah tidak aktif lagi. Kemungkinan sudah tidak aktif dari jutaan tahun lalu,” katanya.
Irwan Meilano, pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan bahwa apa yang ditemukan di bawah laut Bengkulu “lebih pas disebut seamount (bukit laut)”. “Karena busur vulkanik di Sumatera berada di dekat sesar Sumatera. Mulai dari Gunung Seulawah, Toba, Sinabung, Talang, Marapi, dan lainnya, semuanya ada di dekat sesar Sumatera,” papar Irwan.
“Jadi, busur gunung apinya tidak di kepulauan luar (fore arc), tetapi di tengah Pulau Sumatera,” tegasnya.
Irwan mengungkapkan, mungkin saja ada hotspot gunung api di luar busur gunung api. Namun, peluangnya kecil. “Gunung api di Indonesia kebanyakan terbentuk sebagai proses subduksi sehingga areanya dapat kita perkirakan. Peluang adanya gunung api yang terbentuk dengan mekanisme lain (hotspot) mungkin saja, tetapi peluangnya kecil,” jelasnya.
Surono mengatakan bahwa otoritas menetapkan aktif atau tidaknya gunung api dan bahayanya berada di tangan PVMBG. Ia mengimbau kepada kalangan peneliti ataupun pemerintahan agar tidak menyebarkan kepanikan. Danny mengatakan, masih banyak gunung api aktif di darat yang jelas punya ancaman. Jadi, tidak perlu memikirkan ancaman dari gunung api yang sudah tidak aktif lagi, atau malah yang belum pasti merupakan gunung api.
Terlepas dari perdebata para pakar tersebut hendaklah pemerintah untuk menjelaskan secara rinci kepada masyarakat bagaimana konsisi gunung api di laut Bengkulu sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang dapat dimanfaatkan disaat terjadinya bencana.
Penulis: redaksi