10 Juta Umat Ke Bengkulu, Melawan Hoax Dengan Logika Akal Sehat

Opini, Kita sedang berada di Zaman Now, yaitu Dunia kini yang terkoneksi internet dan media sosial akses berita sangat cepat sehingga kita sulit membedakan apakah itu kabar yang benar ataukah kabar bohong, bahkan Media sosial seperti Facebook, dipersalahkan karena menyediakan tempat untuk dibanjiri dengan hoax.

Hoax merupakan istilah asing, yang lazim kita gunakan sehari hari untuk menjelaskan suatu kabar bohong. Mesin penerjemah Google mengartikan kata ini ke dalam bahasa Indonesia sebagai “berita palsu.” Google juga memberi terjemahan lainnya dalam dua kategori, nomina (kata benda), dan verba (kata kerja).

Dalam nomina, hoax berarti lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan. Sementara di kolom verba, hoax adalah membohongi, mempermainkan, menipu, memperdaya, memperdayakan. Semua pengertian ini memang mengarahkan hoax sebagai kepalsuan yang negatif.

Dan kepalsuan yang disebarkan melalui dunia maya ini ternyata serius. Terutama untuk negara seperti Indonesia yang tercatat memiliki seratus juta pengguna internet, juga dengan sejumlah persoalan yang sangat memainkan peran internet.

Belakangan ini tersebar di berbagai tulisan media online di kota Bengkulu akan dilakukan Doa Umat Untuk Negeri yang akan menghadirkan 10 juta umat ke Kota Bengkulu menjadi salah satu gebrakan di awal kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota Bengkulu Helmi Hasan-Dedy Wahyudi. Doa Tolak Bala For NKRI tersebut akan digelar bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2018 mendatang.

Dilansir dari garudadaily.com Terkait program ini sendiri, Helmi sebelumnya mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan peringatan Hari Pahlawan sebagai momentum mengajak seluruh umat NKRI kembali ke rumah ibadah masing-masing.

Doa Tolak Balak For NKRI, juga berangkat dari keprihatinan Helmi melihat situasi dimana bencana alam yang melanda Indonesia saat ini, seperti di Lombok dan Palu, Sulawesi Tengah serta kontestasi politik kekinian. “Jangan karena pilpres kita terpecah, saling lapor, saling menjelekan, saling caci maki.

Doa Tolak Balak ini semoga menyatukan kita,” ungkapnya sembari menekankan Doa Tolak Balak ini juga diharapkan agar Indonesia dijauhi dari bencana. “Bersama mendoakan kita untuk menjauhi ghibah, saling benci, saling fitnah dan Indonesia dijauhkan dari bencana,” tukasnya.

Tidak bermaksud menuding kabar  Do`a Umat Untuk Negeri akan dihadiri 10 juta orang merupakan hoax, namun sebagai pengguna internet yang cerdas tentu kita akan menggunakan logika sehat, disaat dihadapkan dengan pemberitaan seperti ini. Sebab bagaimana mungkin Do`a Umat Untuk Negeri akan dihadiri 10 juta orang sedangkan penduduk provinsi Bengkulu lebih kurang 2 juta jiwa.

Pengguna internet yang sehat hendaklah mencerna setiap informasi yang disampaikan melalui media sebab, Presiden Joko Widodo, mengingatkan soal kewaspadaan terhadap pengaruh hoax. Terbentuknya pendapat umum melalui hoax di internet bisa menguras energi masyarakat menuju konflik sosial.

Secara subtansi apa yang menjadi keinginan Walikota Bengkulu Helmi Hasan patut diapresiasi, masih dilansir dari garudadaily.com,  Tak hanya itu Terkait angka 10 juta yang menjadi targetan, Helmi pasrah kepada keputusan Allah SWT. Namun Helmi optimis tidak ada yang tidak mungkin, ketika niat tersebut terucap tidak hanya sebatas niat, tapi juga dengan ikhtiar.

Ikhtiar inilah yang terus dilakukan Helmi bersama Pemerintah Kota Bengkulu. Di setiap kesempatan Helmi selalu menyampaikan dan mengundang warga masyarakat untuk datang ke Kota Bengkulu menggelar doa bersama, seperti yang dilakukan saat ke Makassar, Sulawesi Selatan, Palu, Sulawesi Tengah dan Kabupaten Mukomuko beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, proses pematangan pelaksanaan Doa Umat Untuk Negeri juga telah melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bengkulu. Bahkan baru-baru ini, Helmi juga sudah menyambangi Kementerian Agama (Kemenag) RI.

Apa yang diniatkan dan ikhtiar Walikota Bengkulu tersebut merupakan hal yang baik dan mesti didukung semua pihak, namun ketika keinginan tersebut dibenturkan dengan logika tentu akan mengakibatkan erornya nalar, untuk itu hendaklah kita menggunakan Logika cerdas dengan baik, setiap informasi yang diberikan di telaah terlebih dahulu sehingga dapat di terima dengan baik.

Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi hoax?

Hoax lebih cenderung mempertajam ketegangan alih-alih mengendorkannya. Hal-hal seperti ini membuat hoax tidak boleh dianggap remeh.

Meski demikian, tidak boleh pula dianggap terlalu serius, dan sepertinya menghadapi kepalsuan dengan kebenaran yang sudah pasti ada dalam nalar kita adalah senjata paling ampuh untuk melumpuhkan hoax.

Ustad Adi Hidayat sempat menyidir penyebar hoax dengan istilah ‘kecebong’ yang berarti kabar cepat tapi bohong disingkat kecebong, terus apakah kita mau disebut Kecebong ?.

Anda mungkin juga berminat
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.